Jumat, 19 Februari 2010

P A R A S O M N I A ?



Apa sih parasomnia itu? Sejak awal membaca judul ini pasti pertanyaan ini yang ada di benak anda. Maka dari itu, mari kita telaah lebih jauh tentang parasomnia. Mungkin anda pernah mengamati orang yang sedang tidur di dekat anda di tengah malam dapat berbicara bahkan berjalan dalam keadaan tidur atau yang biasa kita sebut dengan istilah ’ngelindur’. Ngelindur inilah nama lain dari parasomnia. Parasomnia merupakan mimpi yang hidup dan aktivitas fisik yang terjadi selama tidur. Sejumlah gerakan di luar kesadaran dan tidak dapat diingat kembali bisa terjadi selama tidur. Hal ini sering dialami anak-anak.
Penyebab secara pasti belum diketahui. Benzodiazepine yang diminum sebelum tidur kadang bisa mengurangi gejala yang terjadi. Teror malam merupakan episode yang menakutkan sehingga penderita menjerit, memukul dan seringkali berjalan dalam tidurnya. Maka dari itu, seringkali penderita diberi benzodiazepine (misalnya diazepam) yang bisa membantu meringankan gejala.
Mimpi buruk merupakan mimpi yang menakutkan yang bisa terjadi pada segala usia. Setelah mimpi biasanya penderita akan terbangun secara tiba-tiba. Mempi buruk terjadi selama tidur REM dan lebih sering terjadi pada saat penderita mengalami stress, demam ataupun keadaan yang sangat lelah dan bisa juga terjadi setelah minum alkohol.
Ada istilah khusus pada berjalan sambil tidur, yaitu somnabulisme. Somnabulisme merupakan berjalan dalam keadaan setengah sadar dan di luar kesadaran penderita. Seringkali terjadi pada masa akhir anak-anak dan remaja. Ketika berjalan sambil tidur, penderita dapat berbicara dengan suara yang tidak begitu jelas. Sebagian besar penderitanya tidak dapat mengingat bahwa dirinya pernah berjalan sambil tidur.
Lebih jelasnya, berikut adalah gambaran klinis esensial untuk diagnosis pasti somnabulisme:
1) Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan; (kesadaran berubah);
2) Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank, staring face), relative tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah;
3) Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya), individu tidak ingat apa yang terjadi;
4) Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu singkat;
5) Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh orang-orang disekitarnya adalah tuntun kembali penderita ke kamar tidurnya dan biarkan lampu dikamar maupun ruangan lain menyala agar kecenderungan somnabulismenya berkurang. Jauhkan benda-benda yang berbahaya dan mudah pecah dari penderita serta pastikan kunci pintu dan jendela dengan rapat. Hal yang tidak dianjurkan adalah membangunkan penderita secara paksa karena dapat mengakibatkan kemarahan pada penderita.

Sumber:
Maslim, Rusdi. (2001). Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. PT. Nuh Jaya: Jakarta.

www.mediakesehatan.web.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar